Sekolah Di Tengah Hutan, Peluang Atau Ancaman?

 Oleh : Nadiatul Aula

 


Artikel Opini – Mahasiswa Kehutanan USU (MBKM YOSL-OIC). 

        Artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman saya selama berkegiatan magang di Yayasan Orangutan Sumatera Lestari (YOSL-OIC). Sekolah Alam Leuser (SAL), salah satu bentuk dedikasi YOSL-OIC kepada masyarakat dalam bentuk pendidikan. Sekolah ini terletak di Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat. Berada di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dan berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), sekolah ini dikelilingi hutan yang merupakan habitat bebagai macam satwa liar.

            Sekolah ini didirikan atas inisiasi OIC yang ingin membantu anak-anak di sekitar Desa Bukit Mas untuk mengenyam pendidikan. Banyak anak-anak disekitar desa ini harus berhenti sekolah dikarenakan banyak faktor seperti faktor ekonomi, akses jalan rusak yang menghambat transportasi, dan jarak yang jauh untuk pergi ke sekolah. Pembangunan SAL diharapkan mampu membantu anak-anak desa tersebut lebih mudah dalam mendapatkan pendidikan.

            Sekolah yang berkonsep sekolah alam ini mengusung pendidikan konservasi lingkungan dalam sistem pembelajarannya. Sesuai dengan namanya, sekolah alam, SAL menerapkan sistem belajar berbasis alam dimana proses belajar berlangsung di alam terbuka serta memanfaatkan SDA di lingkungan sekitar sebagai bahan ajar untuk memudahkan teori di dalam buku. Namun, SAL juga tetap mengikuti kurikulum nasional dari pemerintah.

            Bangunan sekolah alam ini sebagian terbuat dari bambu. Terdapat ruang kantor, 2 ruang kelas, dan sebuah saung terbuka untuk tempat belajar. Sangat nyaman belajar disana dengan angin sepoy-sepoy yang bertiup serta pemandangan yang hijau. Pembelajaran yang diterapkan tergolong santai dan tidak kaku. Para siswa lebih sering diajak belajar di luar daripada di dalam kelas. Siswa diajak berpikir dan belajar dengan menggunakan lingkungan sebagai objeknya. Suatu sistem pembelajaran yang cukup menarik agar siswa lebih cepat memahami dan tidak mudah bosan.

            Kegiatan di SAL ini sangat banyak, mulai dari belajar komunikasi, belajar pembibitan dan penanamanorganik, pengembangan usaha produk lokal dan wirausaha, program kelas inspirasi, dan belajar tentang konservasi. Siswa diarahkan untuk kreatif dalam memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar. Misalnya, pembuatan ecobrick dari sampah plastik, vas bunga, pembuatan kerajinan tangan berbahan dasar dari alam seperti pohon literasi dari ranting kayu, pembuatan herbarium dari daun kering, pemanfaatan sabut kelapa, dan banyak lagi. Pogram-program dan kegiatan seperti ini dapat mengasah kreativitas dan inovasi para siswa, serta dapat meningkatkan kesadaran siswa dalam menjaga lingkungan.

            Sekolah Alam Leuser sedikit banyak telah membwa dampak yang besar bagi pendidikan anak-anak di sekitar Desa Bukit Mas. Namun, ada resiko yang harus dihadapi oleh anak-anak yang belajar di sekolah ini. Dekat dengan habitat satwa liar, sekolah ini menghadapi ancaman yang tak bisa dianggap remeh. TNGL yang merupakan habitat satwa liar seperti Harimau Sumatera, tak bisa dipungkiri akan memberi peluang kepada satwa ini untuk sewaktu-waktu keluar dari kawasan TNGL ke desa sekitar seperti Desa Bukit Mas.

Seperti yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir, Harimau Sumatera ditemukan berkeliaran di sekitar kawasan desa Bukit Mas, dan sudah ditemukan pernah melewati kawasan Sekolah Alam Leuser. Banyak jejak yang dijumpai serta adanya warga yang melihat secara langsung akan keberadaan satwa tersebut. Hal ini menjadi ancaman yang cukup serius bagi para siswa sekolah beserta para guru yang mengajar di sekolah ini.

            Dari wawancara yang dilakukan kepada seorang warga di Desa Bukit Mas, keluarnya Harimau Sumatera menjadi kekhawatiran yang besar bagi para orang tua untuk melepas anak-anaknya pergi ke sekolah alam. Mereka takut hal tersebut dapat mengancam keselamatan mereka saat hendak mengantar anaknya pergi ke sekolah di pagi hari, serta takut mengancam keselamatan anak-anaknya saat belajar di lingkungan sekolah. Hal ini harus menjadi pertimbangan dari berbagai pihak yang terkait, baik pihak Yayasan Pendidikan Sekolah Alam Leuser, maupun pihak pemerintah seperti BKSDA dan BBTNGL.

Dibutuhkan solusi dan penanganan yang tepat terkait konflik harimau yang sedang berkeliaran agar masyarakat merasa aman dalam beraktifitas. Masyarakat berharap agar harimau tersebut dapat segera dievakuasi dan dipindahkan ke habitat aslinya. Diharapkan agar Sekolah Alam Leuser menjadi tempat yang aman untuk anak-anak desa bersekolah dan mengenyam pendidikan tanpa adanya rasa was-was dan ancaman.

Komentar